7 November 2010

Merapi Bergemuruh Lagi

VIVAnews(07/11/10) - Suara gemuruh kembali terdengar dari perut Merapi. Suara gemuruh terjadi sejak pukul 06.00 WIB.

Gemuruh yang dikeluarkan Merapi ini terdengar hingga kilometer 13. Hingga pukul 06.30 WIB suara itu masih terdengar.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Badan Geologi Subandriyo menegaskan, erupsi Merapi memang masih berlangsung.

"Kalau terdengar gemuruh itu artinya ada tekanan magma atau gas dari dalam," kata Subandriyo saat dihubungi VIVAnews, Minggu 7 November 2010.

Subandriyo mengimbau kepada warga sekitar Merapi untuk mengikuti imbauan BPPTK agar mengosongkan wilayah sejauh 20 kilometer dari puncak Merapi. "Tetap bertahan dalam kondisi sekarang. Merapi masih rentan," katanya.

Hingga pukul 06.00 WIB, erupsi Merapi sudah berlangsung 86 jam tiada henti. Letusan Merapi kali ini menambahkan kawah baru yang terbentuk berdiameter 400 meter mendekati kawah letusan tahun 1872 yaitu 480x650 meter.

Sebelumnya Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM R Sukhyar mengatakan, letusan kali ini berbeda dan lebih besar dibanding letusan tahun 1997, 2001 maupun 2006. Berdasarkan rekaman aktivitas Merapi selama ini, letusan kali ini hampir menyamai letusan tahun 1872.
Selain letusan yang terus menerus, indikator lainnya adalah material yang dikeluarkan mencapai sekitar 100 juta meter kubik, energi yang dikeluarkan juga tergolong besar.

www.vivanews.com 

6 November 2010

MASIH DALAM WILAYAH AMAN, USD BUKA POSKO BAGI PENGUNGSI GUNUNG MERAPI

Terkait dengan bahaya akibat letusan Gunung Merapi, Rektor USD Dr. P. Wiryono Priyotamtama, S.J. menegaskan bahwa seluruh (enam) kampus Universitas Sanata Dharma masih dalam wilayah aman. Kegiatan universitas masih berjalan sesuai rencana, demikian pula untuk kegiatan-kegiatan akademik.

Sehubungan dengan banyaknya warga yang meninggalkan lereng Merapi, USD pun turut membuka posko bagi pengungsi di kampus USD (di kampus Paingan dan di Kampus Kentungan). Di posko pengungsian ini para mahasiswa, dosen, dan karyawan bekerjasama untuk membantu para pengungsi. “Sampai saat ini (Sabtu 6/11 pukul 12.00) jumlah pengungsi di posko kampus Paingan berjumlah sekitar 493 orang”, demikian diungkapkan koordinator posko kampus Paingan, Romo Paulus Bambang Irawan. Dari jumlah tersebut, sebagian besar pengungsi terdiri dari orang dewasa (331 orang), selebihnya anak-anak (71 orang), lansia (61 orang), balita (26 orang), dan ibu hamil (4 orang). Kondisi pengungsi saat ini dalam keadaan sehat. Para pengungsi ini sementara ditempatkan dalam beberapa kamar di asrama mahasiswa (Rusunawa). Para relawan yang bertugas di posko Paingan terbagi dalam tiga shift, yang masing-masing berjumlah 20 orang. Hal yang menarik dilakukan oleh para relawan ini adalah adanya program pendampingan anak-anak serta pengolahan sampah/limbah makanan untuk diproses menjadi pupuk organik dan bahan daur ulang. Sampai saat ini pasokan makanan dan listrik serta fasilitas lain dari kampus berjalan dengan baik. Dalam beberapa hari ke depan dibutuhkan bahan-bahan makanan berupa beras, minyak goreng, dll.


Sementara itu pengungsi yang berhasil didata di posko kampus Kentungan sampai saat ini sebanyak 920 orang. Mereka menempati kelas-kelas kampus Teologi dan aula Seminari Tinggi. Menurut keterangan Romo Mulyatno, pengungsi dalam keadaan sehat, makanan dan MCK cukup tersedia. Meskipun demikian, posko ini masih menerima sumbangan terutama susu dan makanan bayi, teh, kopi, gula, dan celana dalam (pria, wanita, anak-anak). (BST/atk)

Laporan aktivitas G. Merapi tanggal 6 November 2010 pukul 00:00 sampai dengan pukul 06:00 WIB.

Laporan aktivitas G. Merapi tanggal 6 November 2010 pukul 00:00 sampai dengan pukul 06:00 WIB.
I. Hasil Pemantauan
Pada pukul 00:00-06:00 WIB, erupsi G. Merapi masih dan sedang terjadi dengan intensitas yang tinggi. Rentetan awanpanas masih terus berlangsung sepanjang dini hari hingga pagi ini.
Berikut disajikan rangkuman hasil pemantauan terkini, meliputi data pemantauan secara instrumental dan visual.
1. Kegempaan
Berdasarkan hasil pemantauan kegempaan diperoleh jumlah kegempaan sebagai berikut:
Jenis Gempa
4 Nov 2010
5 Nov 2010
6 November 2010
00-24 WIB 00-24 WIB 00-06WIB 06-14 WIB 14-19WIB 19-24 WIB Jml
Vulkanik
20
-
-
-
-
-
-
MP
-

-
-
-
-
-
LF
-

-
-
-
-
-
Tremor
Berentetan
Berentetan
Berentetan
-
-
-
Berentetan
Guguran
Berentetan
Berentetan
Berentetan
-
-
-
Berentetan
AP (Awan panas)
Berentetan
Berentetan
Berentetan
-
-
-
Berenteta
2. Visual
Laporan pengamat dari pos pengamatan G. Merapi, mengatakan, bahwa mulai pukul 00:00-06:00 WIB, semua pengamat melaporkan bahwa G. Merapi tertutup kabut pekat. Namun, suara gemuruh masih bisa terdengar dari jarak 20 km.
II. Awas Lahar
Semakin bertambahnya material erupsi di sepanjang alur sungai yang berhulu dari puncak G. Merapi dan tingginya intensitas hujan di sekitar G. Merapi, maka berpotensi terjadi banjir lahar.
III. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemantauan instrumental dan visual pada 6 November 2010 dari pukul 00:00 WIB sampai dengan pukul 06:00 WIB menunjukkan aktivitas G. Merapi sangat tinggi dengan ditunjukkan adanya awanpanas beruntun. Dengan kondisi tersebut, maka status aktivitas Gunung Merapi masih tetap pada tingkat Awas (level 4). Ancaman bahaya G Merapi dapat berupa awanpanas dan lahar serta wilayah yang aman bagi para pengungsi diubah dari di luar radius 15 km, menjadi di luar radius 20 km dari puncak G. Merapi.
IV. Rekomendasi
Sehubungan masih tingginya aktivitas vulkanik G. Merapi dan status masih ditetapkan pada level Awas, maka direkomendasikan sebagai berikut:
  1. Agar dilakukan penyelidikan abu gunungapi yang dapat berpotensi mengganggu jalur penerbangan dari dan ke Lapangan Udara Internasional Adisucipto di Yogyakarta.
  2. Tidak ada aktivitas penduduk di daerah rawan bencana III, khususnya yang bermukim di sekitar alur sungai (ancaman bahaya awanpanas dan lahar) yang berhulu di G. Merapi sektor Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat dan Baratlaut dalam jarak 20 km dari puncak G. Merapi meliputi, K. Woro, K. Gendol, K. Kuning, K. Boyong, K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng, K. Sat, K. Lamat,  K. Senowo, K. Trising, dan K. Apu.
  3. Segera memindahkan para pengungsi ke tempat yang aman di luar radius 20 km dari puncak G. Merapi.
  4. Masyarakat di sekitar G. Merapi agar senantiasa mengikuti arahan dari Pemerintah Kabupaten setempat dalam upaya penyelamatan diri dari ancaman bahaya erupsi G. Merapi.
  5. Untuk mengantisipasi kemungkinan meluasnya kawasan landaan awanpanas, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi senantiasa berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat.
  6. Masyarakat diminta tidak panik dan terpengaruh dengan isu yang beredar mengatasnamakan instansi tertentu mengenai aktivitas G. Merapi dan tetap mengikuti arahan dari pemerintah daerah setempat yang selalu berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Letusan Merapi Dahulu dan Kini

 
Jakarta - Letusan Gunung Merapi yang terjadi pada Jumat (5/11/2010) dini hari kemarin sangat dahsyat. Bahkan, letusan yang menewaskan 69 orang tersebut adalah yang paling dahsyat dalam 100 tahun terakhir. Bagaimana letusan Gunung Merapi tahun ini dibanding tahun-tahun sebelumnya?

Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Dr Sukhyar, letusan Merapi yang berentetan sejak Rabu 3 November merupakan letusan terbesar selama 100 tahun terakhir. Letusan ini juga masuk kategori terbesar selama 30 tahun setelah Gunung Galunggung bererupsi.

"Merapi selama 100 tahun belum pernah ada letusan seperti ini. Ini merupakan letusan besar dalam kurun waktu 30 tahun. Terakhir letusan terbesar kedua setelah Galunggung pada tahun 1982," kata Dr Sukhyar di Yogyakarta, Jumat (5/11/2010) kemarin.

Dibanding pada 2006 lalu, letusan Gunung Merapi kali ini memang jauh lebih besar. Jika letusan Merapi 2006 lalu hanya membutuhkan waktu 7 menit untuk erupsi, letusan tahun ini hingga erupsi berkali-kali dengan waktu yang tak terhitung. Bahkan letusan Merapi tahun ini merupakan yang terbesar dalam kurun waktu 140 tahun terakhir.

"Kalau letusan besar sebelumnya tahun 1870, berarti kali ini yang terbesar setelah 140 tahun," ujar Sukhyar.

Karakteristik Merapi yang selama ini dikenal masyarakat adalah  biasanya membentukan kubah lava setelah erupsi. Ketika kubah lava itu gugur akibat erupsi, selanjutnya maka terjadilah awan panas.

"Kita hampir melupakan kalau Gunung Merapi itu pernah eksplosif sekali. Dan sekarang ini letusannya eksplosif vertikal. Dengan ketinggian awan panasnya mencapai 7,5 km," jelas Sukhyar.

Luncuran awan panas Merapi kali ini pun jauh lebih panjang dari sebelumnya. Daerah bahaya diperluas dari 10 km diperpanjang menjadi 15 km hingga akhirnya diperpanjang lagi menjadi 20 km.

Hingga saat ini, total korban tewas lebih dari 100 orang, termasuk kuncen Gunung Merapi, Mbah Maridjan. Mbah Maridjan tewas saat Merapi mengeluarkan Erupsi pada 26 Oktober lalu.

Lebih dari 40 ribu pengungsi saat ini tersebar di beberapa kabupaten di Yogyakarta dan Jawa Tengah seperti Kabupaten Sleman, Klaten, Boyolali dan Magelang.

Bahkan, untuk memantau langsung kondisi Merapi, Presiden SBY mulai hari ini ngantor di Yogyakarta sampai batas waktu yang belum ditentukan. SBY juga telah menetapkan bahwa bencana Letusan Merapi ini ditangani langsung oleh BNPB.